Siang ini begitu terik, Pak Bambang masih mengajar dengan semangat di sebuah kelas pada sebuah sekolah menengah negeri di kota ini. Beliau adalah guru sejarah yang disukai murid-muridnya. Hari ini beliau sedang mengajar tentang kronologi peristiwa Sumpah Pemuda. Semua siswa mendengarkan dengan seksama, tapi siang yang begitu terik membuat mereka merasa lelah. Beberapa siswa terlihat mulai mengantuk. Pak Bambang melihat kondisi ini, kemudian ia membuka kacamatanya dan mulai bercerita. Semua siswa beranjak membetulkan posisi duduknya, mereka tahu jika Pak Bambang sudah membuka kacamatanya, maka akan ada sesuatu yang menarik yang akan disampaikannya. Berikut cerita Pak Bambang, ”Sumpah Pemuda bertujuan untuk menyatukan persepsi organisasi-organisasi kepemudaan saat itu. Agar semua organisasi memiliki persepsi yang sama tentang perjuangan merebut kemerdekaan, berbicara dan berpikir sama mengenai kemerdekaan”. Kemudian ia melanjutkan lagi, ”Berbicara mengenai perbedaan persepsi, saya jadi teringat sebuah cerita. Ceritanya begini :
Suatu pagi sekitar jam 08.30 WIB, telpon berbunyi di salah satu bioskop di bilangan Kota Depok. ”Halo selamat pagi, Bioskop Depok ada yang bisa saya bantu ?” resepsionis bioskop dengan ramahnya menjawab telpon.
"Pagi mbak, saya mo tanya, bioskop mulainya jam berapa ya ?" tanya seseorang diseberang telpon.
"Jam 12.30 pak " jawab resepsionis. "OK deh, terimakasih ya" sahutnya.
Tak lama kemudian telpon berbunyi lagi, "Haloo, selamat pagi, Bioskop Depok. Ada yg bisa dibantu ?" kembali sang resepsionis menjawab.
”Pagi juga, maaf mbak, bioskop main yg pertama jam berapa ya ?" ternyata orang itu lagi yang menelpon. "Oohh, bapak yg tadi ya ? kan tadi sudah dibilang jam 12.30 pak” dengan sedikit kesal resepsionis itu menjawab.
”Oh gitu, maaf lagi ya mbak, bisa di percepat nggak ya mulainya ? misalnya jadi jam 10”
”Loh nggak bisa dong pak, itukan sudah dijadwalkan”
”Oke deh mbak, terimakasih ya"
Kriiing.. kriiing.. kriingg.. Jam 9.30 pagi, telpon resepsionis berbunyi lagi.
”Haloo, selamat pagi, Bioskop Depok. Ada yg bisa dibantu ?"
”Maaf mbak, saya orang yang tadi, bioskop jam 12.30 ya mulai nya ? masih bisa dijadwalkan ulang nggak ya ?"
"Bapak gimana sih, kan udah dibilang tadi, jadwal bioskop sudah nggak bisa digonta-ganti, jangan ganggu terus dong.
Sebetulnya apa sih maunya ?”
"BUKAN BEGITU MBAK, SEKARANG SAYA LAGI DI DALAM BIOSKOP NIH..., KEKUNCI SEMALAM GARA-GARA NONTON MIDNIGHT KETIDURAN..!!"
Sontak seluruh siswa tertawa terpingkal-pingkal mendengar cerita Pak Bambang itu, dan mereka yang tadinya mengantuk kembali terjaga. Para siswapun menjadi lebih mudah mengerti tentang perbedaan persepsi yang dijelaskan Pak Bambang. Begitulah khas kelas Pak Bambang. Penuh dengan selingan humor yang membuat siswa begitu menikmati pengajaran di kelasnya.
Lain lagi dengan Pak Budi, beliau adalah guru fisika yang memiliki ciri khas yang lain. Saat ia melihat para siswa mulai bosan, ia akan mengeluarkan tas berbentuk kotak hitam miliknya, dan saat itulah para siswa akan mulai antusias untuk menanti benda apa lagi yang akan dikeluarkan Pak Budi dari tas kotak hitamnya itu. Pak Budi adalah guru yang pandai membuat alat-alat simulasi fisika yang terbuat dari barang-barang bekas, dan semua siswa akan sangat antusias untuk memahami fisika dengan alat-alat itu.
Pak Bambang dan Pak Budi adalah salah satu contoh guru yang mampu membangun brand image yang baik didepan siswa mereka. Mereka membangun kekhasan yang menarik bagi para siswa. Bagi mereka, menjadi guru tidak hanya mengajar dalam rangka mengejar kurikulum, melainkan juga membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa. Dan pola pengajaran yang menyenangkan menjadi sebuah kebutuhan terkait hal ini. Mereka memperlakukan para siswa seperti layaknya produsen memperlakukan konsumen, dengan berorientasi pada kepuasan konsumen, sehingga konsumen bisa menikmati jasa mereka dengan perasaan penuh kegembiraan.
Tidak hanya dengan humor dan alat-alat simulasi, banyak cara lain yang bisa digunakan. Seorang guru pernah bertanya dalam sessi training saya. Beliau menceritakan bahwa para siswa yang beliau ajarkan sangat tertarik dan selalu meminta diceritakan dongeng-dongeng menarik yang biasanya beliau sampaikan. Tetapi, ia sering kehabisan persediaan dongeng untuk disampaikan. Kemudian beliau bertanya, bagaimana dia harus menyikapi hal ini ? Apakah dongeng bisa membuat pelajaran menjadi lebih menyenangkan ? Saya menjawab, ”Jika siswa sudah tertarik dan meminta, berarti mereka telah mengidentikkan Ibu dengan dongeng-dongeng itu, itulah brand image yang telah Ibu bangun, tambahkan persediaan dongeng Ibu, kemudian sampaikan sesuai dengan tema pengajaran, maka para siswa akan mengingat Ibu dan pelajaran yang Ibu sampaikan.”
Membuat pengajaran menjadi menyenangkan, ada banyak caranya. Kita bisa memilih apapun caranya yang penting sesuai dengan tema pengajaran dan kemampuan yang kita miliki. Ada guru yang menggunakan musik, pantun, multimedia bahkan permainan sulap dalam sessi pengajaran yang mereka lakukan. Catatan pentingnya adalah gunakan cara yang sesuai dengan tema pengajaran dan kemampuan yang kita miliki, kemudian jadikan itu sebagai pembeda antara kelas kita dengan kelas-kelas lainnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar